Fungsi
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa IPTEKS
Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang masih muda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional baru
pada tahun 1928 yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. sejak itu pula nama Indonesia dipakai sebagai nama tersebut, yang
sebelumnya dikenal dengan bahasa Melayu. Setelah Indonesia merdeka, bahasa
Indonesia itu dijadikan bahasa negara, seperti dapat dibaca pada Undang-Undang
Dasar 1945, pasal 36. ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
baru lahir pada tahun 1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar
1945.
Suatu
kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di negara kita ini, sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu
diimbangi oleh bahasa yang mampu mewadahinya serta yang mampu meneruskan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini, baik secara horisontal (kepada generasi yang
sama), maupun secara vertikal (kepada generasi yang akan datang).
Untuk itu, pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, untuk bahan pembahasan seyogyanya ditulis dengan gaya karya
ilmiah, atau ilmiah populer. Penyajian karya ilmiah populer tidak memerlukan
skemata atau pengetahuan yang rumit tentang segala sesuatu yang dibahas. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat disajikan dengan bahasa yang jelas, dengan
mempergunakan istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat umum. Nadanya
informatif, diselingin banyak humor agar menarik bagi pembaca.
Orang
awam biasanya tidak tertarik kepada istilah yang terlalu khusus dan terdengar
aneh. Mareka ingin sesuatu yang biasa-biasa saja, yang sudah ada di dalam
masyarakat. Apabila di dalam masyarakat ada istilah yang dapat dipergunakan
untuk merujuk pada suatu konsep tentang pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah
istilah itu dipakai. Apabila tidak ada istilah yang sesuai dengan konsep itu,
maka hendaklah mengambil istilah yang sudah ada, yang maknanya hampir sama atau
mendekati istilah yang dimaksud.
Penggunaan
istilah baru sebagai pengganti istilah asing, memang seyogyanya mendapatkan
perhatian khusus dari para penulis karangan ilmiah. Namun pengembangan
penggunaan selanjutnya sangat bergantung kepada keberanian istilah baru itu
dalam masyarakat. Kata canggih misalnya, kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah
satu alasannya mungkin karena kata sophisticated yang semula dipergunakan
sebelum kata ”canggih” dilakukan, belum begitu banyak dipergunakan oleh penulis
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kata-kata
politik, sukses, dan stop, misalnya sudah merupakan kata serapan yang sangat
mapan. Namun kata baru yang berasal dari kata-kata tersebut tidak semuanya
mendapat penerimaan yang sama di kalangan masyarakat. Kata menyetop sudah lazim
digunakan secara umum, demikian juga kata memolitikkan. Namun kata menyukseskan
masih bersaing dengan kata mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang
akan tersingkir, seperti hanya dengan kata mempolitikkan.
Begitu
pula dengan kecendrungan sementara orang untuk menggunakan istilah-istilah yang
kurang cocok untuk karangan ilmiah, seperti penggunaan akhiran –an, untuk kata
apa, dan cepat juga dapat dihilangkan.
Dalam
bahasan Indonesia, untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, telah tumbuh
peristilahan, ungkapan dan semantik. Menciptakan istilah mengharuskan penghayatan
ilmu yang bersangkutan dan pemahaman bahasa yang secukupnya. Di sini kita
temukan perpaduan antara cara cipta dan cita rasa. Ada banyak istilah yang kita
ciptakan hanya dengan membubuhkan awalan dan akhiran. Kata larut misalnya,
dapat kita turunkan menjadi melarut, larutan, pelarut, pelarutan, dan
kelarutan. Kita pun dapat menggali dari khasanah bahasa Indonesia. Sebagai
contoh, kita sudah lama tidak mempunyai istilah untuk padanan kata steady flow,
tetapi kita sekarang dapat mengindonesiakannya menjadi aliran lunak. Penggunaan
dari bahasa Inggris to sense kini banyak yang dihubungkan dengan teknologi
mutakhir, yaitu cara merekam permukaan bumi dari setelit. Untuk itu, kini kita
gunakan mengindera dan selain itu dapat pula kita turunkan seperangkat kata,
seperti pengeinderaan, penginderaan jauh, teknik pengeinderaan dan pengindera.
Bentuk lain, penuturan bahasan Indonesia
sebagai bahasa IPTEK, yang merupakan padanan dari bahasa asing, misalnya kata
engineering dapat dipadankan dengan kata rekayasa. Dari kata rekayasa dapat
diciptakan kata perekayasaan, merekayasa, teknik merekayasa, rekayasa genetika,
dan sebagainya.
Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan
orang, bahwa bahasa Indonesia tidak dapat diringkas. berdasarkan penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Purwo Hadijojo, yang difokuskan pada
perbandingan judul karya ilmiah dalam bahasa Inggris Ground Water for
Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata yang
relatif sama, yaitu air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari
bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih pendek,
yaitu The Economic Value of Ground Water dalam bahasa Indonesia Nilai Ekonomi
Air Tanah. Namun demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia yang lebih panjang Modern well Design dalam bahasa Indonesia
Perencanaan sumur Bor Masa Kini.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang sama dengan bahasa lainnya dalam
memasyarakatkan IPTEK
Sumber
:
Hadiwijojo,
M. 1980. Perkembangan Penggunaan BI dalam Ilmu dan Teknik, Majalah Bahasa dan
Sastra, Tahun VI, Nomor 6. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta.
Nama : I Dewa Bagus
Gde Khrisna Jayanta Nugaraha
NIM : 125150207111099
Tidak ada komentar:
Posting Komentar