Jumat, 12 Oktober 2012

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM FORUM ILMIAH

Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum.
Secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. . Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama ( relatif ) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.
Etika berkomunikasi dalam forum ilmiah:
1. Jujur, tidak berbohong
2. Bersikap dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkah laku yang baik




Estetika 
Estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas.Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu. Yang jelas dalam hal ini adalah karya seni manusia atau mengenai alam semesta ini. Zaman dahulu kala, orang berkata bahwa keindahan itu bersifat metafisika ( abstrak ).Dalam teori modern, orang menyatakan bahwa keindahan itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat yang sebenarnya bersifat tetap.
Seperti dalam etika dimana kita sangat sukar untuk menemukan ukuran itu bahkan sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia. Estetika juga menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah itu. Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori yang membahas mengenai masalah ukuran indah itu.

Etika dalam berforum ilmiah
Dalam suatu forum Ilmiah, sangat dibutuhkan sebuah komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum ilmiah tersebut. Hal yang perlu diperhatikan oleh penyaji dalam etika adalah kejujuran. Dalam dunia ilmiah, kejujuran merupakan butir etis terpenting. Setiap orang wajib bersikap sangat terbuka dalam segala hal menyangkut informasi yang disajikan.
Adapun etika yang harus dijaga oleh peserta antara lain adalah sebagai berikut:
1. setiap peserta harus jujur pada diri sendiri.
2.setiap peserta wajib menghargai pendapat atau gagasan orang lain.











ETIKA DAN ESTETIKA BERBAHASA INDONESIA DALAM FORUM ILMIAH

Mahasiswa diharapkan mampu (1) memahami karakteristik forum ilmiah, (2) memahami etika peran dalam forum ilmiah, dan (3) menggunakan bahasa Indonesia secara etis dan estetis sesuai dengan perannya dalam forum ilmiah.

Kegiatan penalaran dan keilmuan merupakan hal yang lumrah dilakukan pada lembaga pendidikan. Tidak terkecuali pada lembaga perguruan tinggi. Kegiatan yang bertujuan untuk merangsang dan  mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara ilmiah ini  menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat akademik.  Kegiatan penalaran dan keilmuan ini  kemudian ditumbuhsuburkan  melalui berbagai wadah aktivitas di antaranya adalah seminar, diskusi panel, diskusi kelas, semlok, debat, lokakarya, simposium, dan lain-lain.
Berbagai bentuk aktivitas  ilmiah di atas terkemas dalam sebuah forum yang disebut forum ilmiah. Dalam forum ini, arus pertukaran informasi ilmiah dipastikan terjadi. Karena itulah ciri informatif menjadi karakterisistik forum ini. Selain informatif, forum ilmiah juga berciri interaktif. Ciri interaktif  dapat dipahami mengingat situasi komunikatif/interaktif senantiasa melingkupi forum ilmiah.

ETIKA PERAN DALAM FORUM ILMIAH
Forum ilmiah merupakan wadah berbagi wawasan akademik dan media   persebaran ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam forum ini terdapat beberapa peran yang saling berkontribusi antara satu dengan yang lain. Peran-peran tersebut antara lain penyaji (pemakalah, referator), pemandu/moderator (pemimpin forum), penulis/notulen, peserta (audien, partisipan), dan teknisi. Satu peran saja tidak dihadirkan maka akan mempengaruhi jalannya forum secara umum. Pada tingkatan tertentu, kegagalan forum dalam mencapai tujuan yang diharapkan tidak mustahil terjadi.
Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan atau tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit forum ilmiah yang dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit pula forum ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena peran-peran yang terlibat di dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan, dilecehkan, dan dipermalukan menjadi buntut permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah forum berakhir. Masalah etika dalam forum ilmiah benar-benar memegang peran penting dalam mencapai tujuan forum. Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah senantiasa dijaga, bukan tidak mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya.
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah. Bagaimana seharusnya  perilaku  benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh peran-peran dalam forum ini? Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar-benar dipegang teguh oleh  moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah.  Motif pertemanan, hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis apapun hendaknya dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan  oleh moderator adalah  keadilan, kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan kesempatan berpartisipasi bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen waktu dan  manajemen interaksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap  segala hal yang kontraproduktif terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu atau kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah/topik forum adalah penyaji. Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper, resume atau makalah. Karena itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. Makalah yang disajikan dalam forum ilmiah (misalnya diskusi, seminar, lokakarya) seharusnya  terdistribusi sebelum forum digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi disibukkan dengan aktivitas membaca untuk memahami permasalahan dalam makalah. Dalam kenyataannya, peserta  yang hadir dalam forum lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima informasi dan  penanya atau pengonfirmasi  terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak banyak peserta yang hadir dengan pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang diikutinya lebih diintensifkan sebagai wacana  berbagi sudut pandang dan pemikiran serta  berbagi solusi mengatasi permasalahan.
Masih berkaitan dengan bagaimana seharusnya etika penyaji dan peserta, kejujuran agaknya menjadi  nilai yang wajib ditegakkan oleh keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik yang disampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap meminta ulang penjelasan karena alpa menyimak bagian tertentu dalam penyajian misalnya. Sebaliknya, ketidaktulusan  tampak saat penyaji yang tidak menyimak pertanyaan, kemudian meminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang.  Menanyakan hal yang  telah ditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta.  Berikutnya, pertanyaan menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.
Pada ranah peran yang lain, kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan dalam forum merupakan persyaratan yang seyogiannya dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semua informasi harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting  yang ditulis. Informasi penting dan utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting, rekomendasi forum, butir-butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta  pemikiran dan wawasan baru sesuai topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi terhadap permasalahan. Madya (2006) menyarankan agar catatan hasil forum yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan kembali kepada forum. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pemilik gagasan/konsep untuk meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat.
Peran yang selama ini dipandang sebelah mata adalah teknisi. Hal-hal yang berkaitan dengan pengoperasian teknologi dianggap dapat dilakukan atau dikerjakan oleh setiap orang. Kenyataannya adalah banyak teknisi yang tidak memiliki kompetensi alias tidak profesional. Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi  pemandangan yang dianggap wajar jika terdapat  penyaji yang menata dan mempersiapkan sendiri perangkat teknologi LCD sebelum presentasi atau penanya yang terlebih dahulu mengutak-atik mikroponnya sebelum menyampaikan tanggapan. Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan menyelamatkan jalanya forum dari segi teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan demikian menjadi ciri profesionalisme peran ini.

ETIKA BERBAHASA INDONESIA DALAM FORUM ILMIAH
Kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam forum ilmiah sejauh ini belum memenuhi harapan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan taat asas sering tidak diimbangi dengan kesesuaian pemakaiannya. Sebaliknya, kesesuaian konteks penggunaan bahasa Indonesia sering tidak disertai dengan  kepatuhan pada kaidah. Permasalahan kedualah yang lazim ditemukan dalam pelaksanaan sebuah forum ilmiah. Kebiasaan menggunakan bahasa secara tidak konsisten dianggap sebagai salah satu “biang”  permasalahan.  Sistem bahasa gado-gado  sudah terprogram sedemikian rupa sehingga seolah-olah  tidak ada sensor kesadaran berbahasa yang berorientasi  kepada kaidah yang  semestinya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi tolok ukur ada tidaknya etika berbahasa Indonesia dalam forum ilmiah. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks  pemakaiannya. Konteks resmi umumnya melatarbelakangi forum ilmiah.  Dalam konteks  ini  penggunaan bahasa  dikaitkan  dengan masalah kedinasan, keilmuan, dan keakademisan. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan. Karena itu, penggunaan bahasa baku merupakan sebuah keharusan.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya   selalu menaati kaidah baku bahasa Indonesia. Kebakuan dalam ragam   baku bahasa Indonesia meliputi  kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa, dan lafal. Ragam baku bahasa Indonesia ialah ragam bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang berpedoman pada pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku harus menggunakan kata-kata baku. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada kaidah ketatabahasaan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam forum ilmiah  bermakna memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi dan  karakteristik forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan kebahasaan yang sesuai. Agar dapat menggunakan  bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam forum ilmiah, perlu adanya sikap positif peserta forum terhadap  bahasa Indonesia. Sikap ini setidaknya mengandung tiga ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa. Kesetiaan adalah sikap yang mendorong peserta forum memelihara konsistensi berbahasa indonesia . Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong  peserta forum untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan percaya diri dan penuh motivasi. Kesadaran adanya norma adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk menggunaan bahasa Indonesia secara cermat, tepat, santun, dan anggun.
Secara praktis, etis tidaknya bahasa Indonesia dalam forum ilmiah juga dapat diamati dari bentuk pengungkapannya. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau menyerang gagasan orang lain (superior) dapat dikatakan bercirikan etis. Ungkapan  bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang gagasan atau konsep dapat pula dikatakan etis. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada dan kata  emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau menyerang gagasan orang lain tercermin pada perilaku berbahasa yang mengindahkan nilai-nilai sopan santun. Dengan memperhatikan sopan santun, bahasa kekerasan dapat dihindari dan banyak ”muka” yang dapat diselamatkan.
Pernyataan bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang gagasan atau konsep  bermakna selalu ada rasionalitas  di balik ketidaksepahaman, ketidaksependapatan, dan penolakan terhadap gagasan tertentu. Selain adanya rasionalitas,  terdapat pula pernyataan solusif yang diajukan sebagi alternatif  penyelesaian masalah.


ESTETIKA BERBAHASA INDONESIA DALAM FORUM ILMIAH
Dalam forum ilmiah, kesadaran penggunaan bahasa secara verbal yang lemah lembut, santun, sopan, sistematis, teratur, mudah dipahami, dan lugas belum cukup membudaya. Kesadaran semacam ini sebenarnya tidak hanya  mampu membangun nilai-nilai estetika komunikasi interaktif dalam forum ilmiah tetapi juga komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri formal forum ilmiah menghendaki penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah dan tepat konteks. Keniscayaan yang demikian bukan berarti tidak menyisakan permasalahan. Bagaimana kebosanan sering dialami peserta forum, tentunya hal ini tidak dapat begitu saja dilepaskan dari faktor pemakaian bahasa. Barangkali terdapat beberapa faktor lainnya yang menimbulkan kejenuhan. Namun, harus diingat bahwa komunikasi interaktif tetap menjadi bagian utama dalam forum ilmiah.  Dalam komunikasi interaktif, penggunaan bahasa  memegang peran penting. Untuk itu diperlukan pemakaian bahasa yang bercita rasa dan berjiwa.
Bahasa Indonesia yang bercita rasa dan berjiwa, selain mengenal kaidah-kaidah baku  juga mengenal perangkat-perangkat pendukung. Salah satu perangkat kebahasaan yang menjadi rujukan agar masyarakat –khususnya masyarakat ilmiah sadar menggunakan bahasa secara indah adalah gaya bahasa dan majas. Gaya bahasa atau majas adalah kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan estetika bahasa. Estetika berbahasa bukan semata-mata piranti pelengkap, melainkan pula sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ekspresi agar penggunaan bahasa dalam forum ilmiah tidak hanya baik dan benar tetapi juga menjadi indah dan berdaya guna. Pemakaian gaya bahasa sebagai bagian dari estetika berbahasa Indonesia bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan atau menyamarkan kebenaran. Bukan pula ditujukan untuk melebih-lebihkan atau mengurangi fakta. Pemakaian gaya bahasa merupakan upaya etis dan estetis untuk mempertahankan dan memelihara hubungan interaktif yang sehat di antara peserta forum. Dengan cara seperti ini, penghargaan terhadap diri sendiri dan individu yang lain dapat diwujudkan.
Estetika bahasa selanjutnya menghendaki  ungkapan  bahasa Indonesia yang bertenaga, selektif,  dinamis (tidak arkhais),  dan   tidak klise. Kata bertenaga dengan cepat dapat membangkitkan daya motivasi, persuasi, fantasi, dan daya imajinasi pada benak pendengar. Agar ungkapan dapat bertenaga perlu diupayakan pendayagunaan kata. Pendayagunaan ini pada prinsipnya berkaitan dengan  ketepatan memilih kata (selektif) untuk mengungkapkan sebuah gagasan, ide, atau pemikiran.  Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembicara.
Pada umumnya, kecenderungan  formulaik pada pernyatan  kebahasaan tertentu menyebabkan  adanya ungkapan bahasa yang klise dan arkhais.  Penyebab lainnya adalah kemalasan penutur mengkreasi  (memodifikasi) ungkapan atau kata. Akhirnya, keberanian membuat variasi kalimat  akan menciptakan ungkapan yang dinamis dan hidup.





Daftar Rujukan
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hakim, Retty N.  2007. Mari Berbahasa (Indonesia) dengan Baik dan Benar (2) (online) (Http://Www.Wikimu.Com, diakses 11 Mei 2008).

Haryanta,  Kasdi. 2008. Mari Berdiskusi Secara Baik dan Benar. (online) ( Http://Keterampilanberbicara.Blogspot.Com, diakses 14 Mei 2008).


Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4

Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional Dosen MPK Bahasa Indoensia, 13-15 Mei di Jogjakarta.

-----------------------. 2006. Pengembangan Kepribadian melalui Bahasa Indonesia. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional Dosen MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Jogjakarta.

Sriyanto. 2007.  Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. (online) (Http://www.Pontianakpost.com,diakses 14 Mei 2008)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar